Saturday, July 14, 2018

2 Malam di Singapura, Ngapain Aja?


Sebenarnya saya nulis ini sambil mikir keras karena perjalanannya sendiri sudah hampir setahun yang lalu. Beberapa detail mungkin kurang akurat atau absen dari postingan ini. Tapi, let me recall the memories for you. Kenapa memilih Singapura sebagai destinasi luar negeri pertama? Sederhana sih, karena tiket dari Jogja paling murah dibanding ke negara tetangga lainnya. Walaupun kata orang Singapura negara mahal, tapi bisa disiasati kok. 

PERSIAPAN

1. Paspor
Hal penting pertama yang harus diperhatikan adalah paspor karena ini merupakan identitas wajib kita yang berlaku secara internasional. Berhubung saya sudah punya, jadi tinggal disiapkan saja. Sementara pasangan saya harus ke Imigrasi untuk bikin paspor. Dia pilih paspor 24 halaman seharga 155rb. Prosesnya cukup lancar. Antri mulai dari pukul 6 pagi dan di sana sudah banyak orang. Enaknya, saat itu disediain kursi dan tratak jadi gak capek dan gak kepanasan. Jaman saya masih berdiri dong haha miris. 

Baca: Paspor 24 Halaman, Benarkah Paspor Khusus TKI?
 

2. Tiket Pesawat
Keputusan jalan-jalan ini agak didasari sifat impulsif karena saat itu ada promo free seat Air Asia, sekitar awal bulan Maret dan kami berangkat di bulan September. FYI, Air Asia selalu mengadakan promo ini 2x setiap tahunnya, yaitu sekitar Maret/April dan September/Oktober. Plus, saat itu ada proyek masuk yang kami kerjakan yang sekiranya akan cukup untuk membiayai perjalanan ini. Jadi saat itu saya berburu tiket promo dan mendapatkan harga 399rb/orang untuk berangkat saja. Sebenarnya lebih murah seandainya beli round-trip, tapi karena baru ada uang segitu dan khawatir kehabisan tiket kalo gak segera dibeli, kami putuskan untuk membeli tiket keberangkatan saja. Untuk return ticket-nya kami beli lewat Traveloka, sekitar 800-an/orang hiks sedih. Oh ya, kami juga memesan in-flight meal untuk sarapan. Harganya sekitar 30-35rb/meal. Perlu diperhatikan, Air Asia merupakan low-cost airline jadi hanya memberikan jatah hand-carry seberat maksimal 7kg. Kalau lebih dari itu, berarti harus beli bagasi dan itu mahal. Namanya juga jalan-jalan hore, jadi harus ngirit dengan memanfaatkan jatah 7kg. Lagipula hanya 2 malam, sudah sangat cukup bagi kami.

2. Penginapan
Karena pergi bersama pasangan, saya memutuskan untuk memesan hostel mixed-dorm. Satu kamar isi 8 ranjang susun campur cowok-cewek. Selain agar bisa tidur di satu kamar, mixed-dorm juga lebih murah dibanding kamar yang sesama jenis haha. Pemesanan kamar ini sempat ada kendala, awalnya kami memesan di Sleepy Kiwi Bugis. Saya berinisiatif mengirimkan email ke pihak hostelnya langsung untuk memastikan bahwa pesanan tercatat. Sayang sekali, Sleepy Kiwi ternyata sedang dalam proses re-opening dan mereka menawarkan kamar di hostel lain. Setelah diperiksa dan tidak cocok, kami memutuskan untuk membatalkan pesanan dan mencari kamar lain. Pembatalan gratis ya, karena tertulis "free cancellation" dan syukurnya refund dengan pihak Traveloka juga lancar. Akhirnya ketemu Backpackers@SG dengan harga 725rb/2 orang/2 malam sudah termasuk asuransi. Lagi-lagi saya mengirimkan email ke pihak hostel secara langsung demi memastikan segala sesuatunya beres. Mereka membalas telah menerima pesanan saya via Traveloka, serta memberikan beberapa rincian standar bagi para pelancong.

3. Uang Saku
Ini juga gak kalah penting. Uang saku ini terkumpul dari uang proyek yang kami kerjakan. Saya memutuskan untuk menukarkan uang setiap bulan di Mulia Money Changer yang terletak di hotel Inna Garuda. Kenapa harus banget tiap bulan? 1) Kalo gak strict kayak gitu uang bisa saja lenyap entah kemana, 2) Keputusan tersebut ternyata tepat banget karena kursnya naik terus dari bulan ke bulan, yaitu di angka 9500-9700 dan kami masing-masing membawa SGD300.

4. Aktivitas Berbayar
Kami membeli voucher Universal Studio Singapore--semacam Dufan cuma lebih keren--seharga 550rb/orang. Voucher juga dibeli via Traveloka, tinggal dicetak dan nanti di-scan di pintu masuk.

HARI PERTAMA

Setiba di bandara Changi, hal pertama yang kami lakukan adalah mencari toilet. Toiletnya nyaman, bersih, dan gak bau. Pada tembok jalur masuk toilet terdapat
layar kecil yang menampilkan survei kepuasan pengunjung. Kebetulan pula di samping toilet ada tap water, kami minum di situ sekalian mengisi botol minum yang sudah dibawa dari Indonesia. Pokoknya wajib bawa botol minum ya. Percayalah, di negara maju kamu bakal banyak jalan dan harga air mineral mahal bingit hiks. Selanjutnya, kami berjalan menuju imigrasi. Bagian ini memang selalu bikin deg-degan tapi syukurnya semua berjalan lancar.

Salah satu fasilitas bandara Changi yang memudahkan pelancong adalah SkyTrain gratis yang menghubungkan antar terminal. Saat itu kami harus naik MRT di terminal lain untuk menuju hostel. Jadi terlebih dahulu kami naik SkyTrain menuju terminal lain. Sesampainya, tinggal ikuti jalur saja untuk keluar. Nah, di lorong MRT terdapat loket pembelian kartu ez-link seharga SGD12. Namun hanya SGD7 yang jadi saldo, sisanya biaya kartu. Di sisi lain lorong terdapat mesin top-up. Di situ kami menambahkan SGD10. Caranya cukup mudah, tinggal pilih nominal, lalu masukkan uang kertas ke mesin. Dari total saldo SGD17 itu kami masih memiliki sisa saat kepulangan. Kalian gak perlu khawatir karena sisanya bisa dicairkan lagi di tempat yang sama. Lumayan kan hehe.

Setelah dapat ez-link, kami naik MRT menuju hostel. Oh ya, jangan lupa untuk selalu menge-tap kartu di gate saat mau naik dan setelah turun ya. Jadi, selalu check-in dan check-out. Setibanya di hostel, kami langsung check-in, naruh tas di kamar, istirahat sejenak, lalu langsung jalan-jalan. 

Ruas jalan yang bersih dan hijau
Singapura itu panasnya kayak Jakarta, jadi kenakan pakaian yang nyaman ya. Hari pertama rencananya kami akan mengunjungi Merlion Park dan Garden by the Bay di malam hari. Sayangnya, kami nyasar jauh banget. Arah jalan kami berlawanan dengan Merlion Park. Alhasil, hari itu lelah sekali, kepanasan dan kaki gempor. Di sisa tenaga, kami berhasil menemukan Merlion Park, namun kunjungan ke Garden by the Bay terpaksa batal hiks. Sebenarnya sudah sampai sana, hanya saja kami memilih pulang dan makan malam karena kaki sudah tidak kuat untuk diajak jalan lagi. Tiba di hostel, kami langsung mandi dan tidur.

HARI KEDUA

Hari ini kami khususkan untuk main di USS. Kami berangkat naik MRT menuju Vivo City, dari sana ada 3 alternatif menuju Pulau Sentosa: 1) Jalan kaki nyebrang jembatan. Ini opsi paling murah karena gak perlu bayar. Kita pun gak full jalan kok karena ada travelator/eskalator. 2) Naik MRT dengan membayar SGD4 kalo gak salah. 3) Melintas lautan dengan kereta gantung. Sekali jalan sekitar SGD20-30. Kami memilih jalan kaki tapi kemudian menyesal. Mumpung di Singapura loh, ngapain coba gak naik kereta gantung sekalian. Kapan lagi ya kan? Hiks.

Salah satu sudut USS
Di USS banyak sekali wahana. Seharian pun gak bakal kelar karena rame banget. Sampai sana jangan lupa ambil peta dan jadwal parade. Dengan begitu kalian bisa menentukan apa saja yang ingin dinaiki atau dilihat tanpa menghabiskan banyak waktu mencari-cari. Nah, wahana andalan beberapa di antaranya: 1) Transformer the Ride 3D, kita diajak naik semacam kereta dengan visualisasi 3D beuh keren banget lah pokoknya; 2) Revenge of the Mummy, sayang banget ini pas under construction jadi gak bisa nyoba; 3) Battlestar Galactica, ini roaller coaster gitu. Ada dua jalur, satu warna merah kita posisi di atas, dan satunya lagi warna abu-abu kita posisi di bawah. Jalurnya pun lebih panjang dari yang di Dufan. Tapi yang ini saya gak berani nyoba haha. Jadi cuma nungguin di bawah sambil kepanasan, lama pula haha. 4) Jurassic Park Rapid Adventure, semacam arung jeram gitu. Wahana inipun kita gak kebagian buat nyoba. Belum puas banget main di sana karena masih banyak yang belum dicoba. USS tutup jam 6, tapi jam 5 mereka sudah mulai menutup antrian wahananya. 

Sepulang dari sana kami mampir Bugis dulu buat beli jajanan, lalu langsung makan malam dan balik ke hostel.

HARI KETIGA

Gak banyak yang bisa diceritain di hari ketiga ini karena saatnya kami pulang. Penerbangan sekitar pukul 11, tapi dari pukul 6 kami udah check-out. Awalnya sih mau jalan-jalan di bandaranya yang katanya the best airport in the world kan, tapi apa daya kaki sakit semua dan udah gak kuat jalan lagi. Eh, beruntungnya nemu alat pijat yang tersedia di beberapa titik. Pijatlah di situ sampai puas haha.

Sarapan di bandara sebelum balik ke Indonesia
Intinya, main di Singapura itu seru, negara maju dengan dengan segala kemodernannya dan ketertibannya yang jarang bisa dinikmati di Indonesia. Tapi di sisi lain, saya gak betah panasnya, dan mahal tentunya.

Semoga bermanfaat ya!