Raut keheranan terlihat di wajah beberapa orang yang tahu bahwa cincin nikah kami berwarna hitam. Yes! Kalian gak salah baca kok. Jarang sekali ya ada cincin nikah berwarna hitam. Paling umum ya warna kuning atau silver. Beberapa orang segenerasi kami mungkin tidak akan begitu memicingkan mata. Tapi bagi orang tua, jelas itu aneh sekali. Sudah begitu, dibeli secara online pula. Keanehannya semakin dobel hahaha.
"Bapak lagi ngerti ana cincin kelir ireng," ucap Bapak heran, yang artinya beliau baru tahu kalo ada cincin nikah warna hitam. Ya wajar sih, orang tua ya tahunya cincin emas kuning bulat.
Saya cuma mesam-mesem. Tapi ya lalu udah, titik, tidak ada komentar lanjutan. Kalo ibu malah cenderung diam, tidak berkomentar sama sekali. Terserah anaknya. Beda lagi sama ibu mertua.
"Kok cincinnya hitam? Filosofinya apa?" tanya beliau.
Saya sih diam aja, biar Masthom yang menjawab karena dia memang pintar kalau menanggapi pertanyaan yang belum punya jawaban pasti, antara ngawur dan mengandalkan ilmu cocoklogi hahaha.
Karena keanehan cincin hitam yang mungkin tidak ada dalam sejarah turun-temurun ibu mertua, beliau sampai DUA KALI memberikan tawaran untuk membelikan cincin bulat emas warna kuning untuk kami. Tapi kami tolak, dengan halus tentunya.
Alasan cincin berwarna hitam
Kenapa sih kok ngotot pengen cincin hitam? Sederhana sih. Waktu itu saya sedang mencari-cari berbagai alternatif cincin nikah. Mulai dari menyambangi Toko Emas Semar yang ada di mana-mana sampai men-scroll berbagai toko cincin di Instagram. Tapi tak satupun menarik perhatian. Modelnya gitu-gitu aja. Nothing special. Ya biasa tipikal cincin berwarna kuning atau putih, dengan bentuk standar, mirip dengan toko-toko lainnya. Sedangkan saya pengen sesuatu yang berbeda, personalized, magic, dan sesuai karakter saya. Hingga akhirnya ketemulah salah satu pembuat cincin kustom di Jogja. Semua cincinnya handmade dan dibuat sesuai permintaan.
“Ini yang aku cari, beda dan unik,” batin saya seketika.
Alasan kedua, saya punya makna sendiri terhadap cincin pernikahan. Kata bapak mertua sih cincin nikah ya bulet kuning polos tanpa mata. Tapi ya lalu apa maknanya saya tidak paham. Ada orang yang mungkin bisa menerima dan melakukan 100% apa yang selalu dilakukan generasi lampau, tapi saya tidak. Rasanya aneh saja, kami yang menikah tapi tidak tahu maknanya. Sedangkan saya sudah punya makna sendiri. Bagi saya, cincin nikah harus diupayakan sendiri sama si calon suami sebagai bukti keseriusannya. Apa pun caranya, berapa pun harganya. Tapi tetep maunya emas dong haha (Lah gimana!). Kalo cincin nikah dibelikan orang tua demi memenuhi kriteria yang mereka inginkan, hilang sudah maknanya kan. Yang bakal menjalani kehidupan rumah tangga kan kita sendiri, jadi menurut saya sih sebaiknya kita pegang teguh makna, filofosi, value, atau apa pun yang kita yakini sebagai penuntun kita sendiri. Kalo value-mu sama dengan value orang tua nggak salah juga kok, berarti kan tinggal jalani saja. Kebetulan saja saya punya pemaknaan yang berbeda.
Rasanya beda loh ketika si calon suami bisa beliin kita cincin dengan usahanya sendiri. Bahagia dan bangga banget! Kerasa banget loh puasnya itu. Kok malah saya yang puas? Iya, soalnya saya yang nyimpenin duitnya biar bisa kebeli itu cincin haha. Di samping itu, saya juga pengen Masthom has pride as a man by doing it. Tidak hanya terbatas cincin, seserahan pun saya maunya semua pake duit dia sendiri, hasil kerja keras sendiri, walau mungkin tidak mewah, tapi rasanya memuaskan dan membanggakan hehe. Nggak ngerti kenapa ya saya suka kalo apa-apa bisa dibeli pake duit sendiri hehe.
Material dan harga
Sebelum membeli cincin, apalagi secara online, apalagi harganya nggak murah, pastikan dulu kredibilitas si toko. Periksa dengan teliti dan cermat review dari orang lain. Lihat komentar-komentarnya di IG. Bisa cek juga di website wedding yang mengulas vendor-vendor pernikahan, salah satunya yang terkenal Bridestory. Pokoknya lakukan seteliti dan cek sedetail mungkin. Baru setelah itu yakinkan diri sendiri. Saya sendiri beli di Rockologist. Silakan cek sendiri ya akun IG-nya.
Rockologist ini basisnya di Jogja, tapi tidak ada toko offline, semua dilakukan secara online. Kebetulan saya berada di Jogja, jadi bisa arrange waktu buat ketemu langsung. Selain unik, mereka lebih menonjolkan diamondnya. Pada dasarnya mereka “menjual” si diamond ini (asli & certified ya). Cantik banget, ada biru, kuning, putih, hijau, dan hitam. Ukurannya juga berbeda-beda, dan harga mengikuti ukuran. Karena fokus ke diamond, untuk materialnya mereka menggunakan logam dasar tidak berbayar seperti perak, tembaga, dan kuningan. Tenang aja, mereka juga menyediakan logam seperti emas (kuning atau putih) dan palladium kok, tapi berbayar ya hehe.
Saat lihat karya seni cincin di akun IG-nya, saya langsung jatuh cinta sama cincin berwarna hitam dipadukan diamond berwarna biru. So magical. Tinggal kasih tahu aja model yang kita inginkan dan mereka akan bikin sesuai permintaan. Untuk logamnya, kedua cincin saya upgrade ke emas kuning, lalu minta dilapisi rhodium warna hitam. Lapisan rhodium ini akan memudar seiring waktu. Tapi kita bisa minta replating gratis satu kali. Asik kan?
Lalu berapa harganya? Nah ini yang kalian tunggu-tunggu. Berikut rinciannya:
Artisan work : 1.100.000
Certified Natural Diamond : 1.300.000
18K Yellow Gold (7g) : 3.325.000
Discount : (200.000)
Total : 5.525.000
Selamat berburu cincin bagi kalian calon pengantin. Semoga info ini bermanfaat ya :)
No comments :
Post a Comment