Meski sudah membekali diri dengan berbagai informasi transit dan kebandaraan, dan selengkap apapun informasi yang didapat, tetap saja itu hanyalah sepenggal teori yang tak bisa membendung rasa gugup dan cemas.
30 menit sebelum landing, gemerlap kota Doha, Qatar tampak indah dari atas. Ha! Rasanya tercekat tak karuan. Saya sudah memasuki langit negeri asing, sebentar lagi menjejak tanahnya. Tak bisa dipercaya!
Pesawat mendarat dengan mulus. Pramugari bersiap di samping pintu keluar dan mempersilakan penumpang kelas bisnis turun terlebih dulu. Ketika menuruni tangga pesawat, beberapa shuttle bus berwarna putih siap mengantar para penumpang menuju arrival gate yang ditempuh dalam waktu 15 menit. Saya termasuk dalam rombongan terakhir, berdiri di dalam bus bersama para penumpang asing lainnya. Rasanya ingin menangis, antara sedih karena sendirian dan sedih terharu bangga.
Kebingungan menjalar tatkala sampai di tempat kedatangan. Yah, tak ada yang bisa dilakukan kecuali mempercayakannya pada insting. Saya putuskan mengikuti ke mana arah rombongan pergi. Sesungguhnya, khawatir itu tak perlu terjadi. Banyak petugas bandara yang dengan senang hati melayani penghuni bandara. Mereka sangat ramah, informatif dan sangat sangat membantu. Para penumpang transit di arahkan mengambil eskalator menuju lantai atas. Disana saya ikut mengular panjang dalam antrian. Karena ragu, saya beranikan diri bertanya pada seorang petugas terdekat. Saya katakan bahwa saya transit selama 10 jam dan apa yang harus saya lakukan. Lelaki keturunan India itu mengarahkan saya menuju counter disisi kiri antrian, dimana saya bisa book hotel mengingat waktu transit saya yang lama. Sayang, tak ada hotel available.
Sebenarnya, untuk waktu transit diatas 8 jam, terdapat fasilitas Doha city tour. Kita akan diajak oleh petugas mengelilingi kota Doha GRATIS. Lumayan bukan? Banget! Sayang sekali jadwal tiba saya di Doha sudah larut, jadi kesempatan mengeksplorasi kota Doha pupus sudah.
Wanita penjaga counter lantas mengarahkan saya untuk turun menuju kawasan duty free bandara dan mencari sleeping area untuk istirahat. Sudah berputar kelelahan mencari tapi tak mendapat solusi, saya bertanya pada seorang petugas yang lewat. Ternyata oh ternyata, jalan turunnya harus melewati pengecekan tempat saya ikut mengantri tadi. Huft. Leganya bisa mendapati kawasan duty free.
Saya melangkah menuju Hall yang sangat luas yang berada di tengah-tengah Gate A, B, C, D dan E. Beragam toko berjejer mendagangkan produknya. Bukannya mencari sleeping area, saya malah menuju internet area yang dilengkapi dengan kursi, meja dan beberapa unit komputer. Tepat disebelahnya terdapat arena bermain untuk anak-anak. Browsing dan update status di facebook merupakan satu cara membunuh waktu dan mengusir kebosanan.
Jalan-jalan di bandara sudah, main komputer sudah, ah tapi waktu masih terasa lama sekali. Lelah dan kantuk mulai menjalar. Karena mengantuk dan tidak menemukan sleeping area, area TV pun sudah penuh orang molor, jadilah saya cuma bisa duduk menaruh kepala di meja di area internet dan berusaha memejamkan mata. 1 jam, 2 jam, 3 jam, kini jam di HP sudah menunjukkan pukul 4 pagi.
Badan terasa pegal-pegal karena tidur dalam posisi duduk. Lebih baik jalan-jalan lagi menyusuri bandara, pikir saya. Sebelumnya, saya cek papan informasi penerbangan yang bisa di cek dimanapun dengan mudah. Penerbangan saya berikutnya berada di Gate A7. Maka sebaiknya saya menuju sana, berjalan menyusuri lorong Gate A yang cukup panjang. Pada jam-jam ini bandara tampak sedikit lengang. Kebanyakan masih nyenyak dan hanya beberapa yang mondar-mandir. Mendekati Gate A7, terlihat sebuah ruangan cukup besar disisi kiri berisi jajaran sofa dan orang tertidur nyenyak diatasnya. Ah! Ternyata inilah sleeping area yang saya cari-cari. Kenapa baru sekarang ketemunya? Inginnya sih tidur lagi, memanjakan badan dengan empuknya sofa. Tapi apa daya, mata sudah terlanjur benderang.
Penantian boarding hanya dihabiskan dengan duduk-duduk atau melihat-lihat cinderamata Qatar. Bisa ditebak, temanya kurang lebih unta semua haha. Merasa haus, saya membeli air mineral dengan selembar 5 euro yang saya bawa dari Indonesia. Sisa kembalian dibayar dengan tiga lembar 1 dollar dan selembar riyal. Gak nyambung sama sekali haha.
Akhirnya saat boarding tiba. Saya berkenalan dan berbincang dengan seorang wanita palestina. Ia hendak melanjutkan studinya di Eropa. Perpisahan kami diakhiri dengan camilan dried fruit yang ia bawa dari negaranya.
Penantian boarding hanya dihabiskan dengan duduk-duduk atau melihat-lihat cinderamata Qatar. Bisa ditebak, temanya kurang lebih unta semua haha. Merasa haus, saya membeli air mineral dengan selembar 5 euro yang saya bawa dari Indonesia. Sisa kembalian dibayar dengan tiga lembar 1 dollar dan selembar riyal. Gak nyambung sama sekali haha.
Akhirnya saat boarding tiba. Saya berkenalan dan berbincang dengan seorang wanita palestina. Ia hendak melanjutkan studinya di Eropa. Perpisahan kami diakhiri dengan camilan dried fruit yang ia bawa dari negaranya.