Bulan Agustus 2015, saya berkesempatan menjajal Qatar Airways dalam penerbangan ke Belanda untuk yang pertama kalinya. Tahukah kalian kalau airlines ini dinobatkan sebagai airlines terbaik pertama mengalahkan Singapore Airlines tahun 2015 versi Skytrax? Waktu itu saya benar-benar have no idea tentang pesawat, baru kemarin menyadari bahwa saya pernah naik Qatar Airways, pesawat terbaik nomor 1 di dunia! Wow! Luar biasa bahagia dan bangga, meski telat sih.
Rute yang saya ambil yaitu Jakarta - Doha - Amsterdam. Saya memiliki waktu transit di Doha yang cukup panjang, 10 jam. Bayangkan, itu pertama kalinya saya naik pesawat ke luar negeri, sendirian, transit 10 jam pula. Untungnya hidup di jaman sekarang, segala informasi dapat diakses dengan mudah. Sebelum berangkat, saya sudah membekali diri dengan segala sesuatu mengenai kepesawatan sehingga dapat sedikit mengurangi rasa gugup dan cemas.
Perjalanan Jakarta - Doha ditempuh kurang lebih selama 8 jam. Ruangan pesawat cukup nyaman dengan konfigurasi tempat duduk 2-4-2. Saya mengambil tempat duduk di sisi kiri dekat jendela. Sementara sebelah saya seorang lelaki timur tengah (sepertinya orang Qatar) yang tidak tahu kalau minum Aqua itu menggunakan sedotan. Haha.
Selama perjalanan, penumpang mendapat jatah makan 2x dan snack 2x (kalau tidak salah). Untuk minum, bisa milih mau kopi, jus, coca cola, teh, dll. Makanannya pun enak. Pokoknya dalam hal makanan, semuanya memuaskan. Disamping itu, para pramugari juga membagikan selimut, bantal, kaus kaki, headset, dan seperangkat toilettries (bisa dibawa pulang). Saya sempat sedikit keheranan mendapati pramugarinya ternyata berasal dari berbagai kewarganegaraan, salah satunya dari Korea.
Tidak banyak yang saya lakukan dalam pesawat, tetapi jelas ada banyak sekali yang saya perhatikan dan pelajari. Misal saja, saat pesawat akan lepas landas. Awalnya berjalan memutar, berjalan cepat, sangat cepat dan kemudian mengangkasa. Perbedaannya nyata sekali dengan menaiki pesawat kecil. Saya akui, pilot Qatar Airways sangat profesional sekali mengingat saat take-off dan landing dilakukan dengan smooth. Jelas terasa sekali perbedaannya saat saya menaiki Egypt Air. Hal lain yang saya perhatikan yaitu sayap pesawat. Ternyata ada bagian dari sayap pesawat yang akan membuka dan menutup saat pesawat dalam posisi take-off atau landing. Sama halnya dengan jendela dan lampu dalam pesawat. Dalam keadaan tertentu, jendela harus ditutup dan atau lampu akan dimatikan. Untuk pertama kalinya pula saya menjajal toilet di pesawat. Menggunakan toilet di pesawat tidak sesulit menggunakan toilet di kereta karena tidak goyang-goyang. Anehnya, saat nge-flush, tidak nampak sama sekali air memutar di lubang kloset. Justru muncul suara angin keras sekali yang menyedot pembuangan.
Perjalanan panjang tersebut selebihnya saya habiskan dengan tidur setelah agak lama mengutak-atik LCD screen pesawat, pun tak ada yang bisa dilihat dibalik jendela karena hari sudah gelap. Hanya bangun saat mau makan haha.
Credit:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:A7-ADG_Qatar_Airways_Airbus_A320-232,_takeoff_from_Schiphol_(EHAM-AMS)_runway_36L_pic3.JPG
Credit:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:A7-ADG_Qatar_Airways_Airbus_A320-232,_takeoff_from_Schiphol_(EHAM-AMS)_runway_36L_pic3.JPG
No comments :
Post a Comment