Friday, March 18, 2016

Dibalik Serunya Foto Perjalanan ke Belgia


Sudah tiga kali weekend saya habiskan untuk jalan-jalan di Belanda. Seorang kawan menawarkan untuk mencicipi negara seberang. Ya, Belgia. Kami berencana jalan bersama ke Belgia minggu depan bersama tiga orang lainnya yang belum saya kenal. Dia menawarkan tiket online seharga €8 pulang-pergi yang tentunya lebih murah daripada beli langsung. Namun saya tolak karena belum bisa memastikan apakah bisa pergi. Akhirnya kamis siang saya pastikan bahwa saya akan ikut dan memutuskan untuk membeli tiket on the spot. Telah di sepakati pula bahwa meeting point kami di Roosendaal pukul 9 pagi mengingat jadwal keberangkatan mereka sekitar pukul 9.42. Roosendaal merupakan sebuah kota diujung Belanda yang berada dekat dengan perbatasan Belgia. Dengan OV Chipkaart yang telah terdaftar berlangganan weekend vrij, secara otomatis bisa digunakan untuk bepergian dengan kereta secara gratis di seluruh Belanda, termasuk ke Roosendal, mulai setiap jumat malam hingga senin dini hari. Meeting point di Roosendal yang berbatasan dengan Belgia merupakan salah satu trik agar perjalanan antar negara lebih dekat sehingga biaya yang dikeluarkan pun lebih murah.
Jumat malam saya menumpang di rumah seorang kawan di kota tetangga, Alkmaar. Maklum, saya tinggal di Bergen, kota kecil dekat pantai di Belanda bagian Utara yang hanya dilewati bis setiap satu jam. Sementara saya harus berangkat menggunakan kereta sekitar pukul 6.30, dan bis paling pagi baru beroperasi pukul 7.30 di hari weekend.
Tibalah penantian itu. Pukul enam pagi saya pamit berangkat. Berjalan kaki di pagi buta yang sangat dingin bersamaan dengan suasana kota yang masih lengang menuju stasiun kereta api Alkmaar. Tak lama, hanya memakan waktu sepuluh menit. Oh ya, sebelumnya jadwal kereta api bisa dilihat secara online. Saya memilih jadwal paling pagi agar sampai di meeting point tepat waktu. Seperti yang terjadwal, saya akan berganti kereta sekali di Rotterdam. Sesampainya di stasiun Alkmaar, check in dilakukan dengan menge-tap OV Chipkaart di mesin yang tersedia di beberapa titik stasiun. Lalu berjalan menaiki tangga menuju spoor 1 dimana kereta saya akan berhenti. Setibanya kereta, saya dan para penumpang lain memasuki gerbong kereta. Kesialan pertama. Tetiba terdengar pengumuman berbahasa Belanda dari pengeras suara dalam kereta. Saya lantas panik melihat beberapa orang mulai mengangkat kaki keluar.
"What happen?" saya beranikan diri bertanya pada seseorang yang juga sama bingungnya.
"I don't know. Something’s wrong. We all need to change the train." balasnya.
Baiklah, pikir saya. Saya beranjak keluar dan luar biasa panik mengingat perjalanan dari Alkmaar menuju Roosendal tidak singkat. Setidaknya memakan waktu tiga jam. Dengan gelisah, saya cek ulang jadwal melalui HP. Sialnya, dari berbagai alternatif jadwal yang tertera, tidak ada satu pun yang bisa membawa saya ke Roosendal tepat waktu. Beruntungnya, saya tidak menerima tawaran tiket online dan memilih membeli on the spot sehingga meskipun terlambat, saya tidak rugi apapun. Bedanya, saya tidak bisa berangkat bersama mereka. Lalu sendirian? ke Belgia? Duh. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, segera saya putuskan mengambil kereta pukul 7. Kali ini saya akan berganti kereta dua kali di Amsterdam Sloterdijk dan di bandara Schipol, baru kemudian meluncur ke Roosendaal. Kesialan kedua. Sesampainya di Amsterdam Sloterdijk, kereta yang membawa saya ke bandara Schiphol terlambat tiba. Cemas kembali menghampiri. Saya berpikir, jika saya tetap mengambil kereta menuju Schipol, tentu saya akan ketinggalan kereta yang membawa saya ke Roosendal. Saya putuskan mengecek ulang jadwal, mencari alternatif lain yang lebih cepat, dan mengambil rute berbeda, dari Sloterdijk langsung menuju Roosendaal. Saya kabari mereka bahwa saya terlambat datang dan kami sepakat bertemu di Belgia. Oke, jadi saya akan ke Belgia sendirian, pikir saya cemas.
Perjalanan menuju Roosendaal yang cukup panjang saya habiskan dengan menikmati pemandangan melalui jendela kaca kereta. Seringkali terlihat hamparan ladang yang hijau asri. Ada kalanya melewati terowongan bawah tanah yang panjang sekali. Atau melalui jembatan yang berada diatas perairan tenang. Namun kesejukan itu digelisahkan dengan rasa nyeri di perut. Apa yang saya khawatirkan daritada terjadi juga. Kesialan ketiga. Tamu bulanan datang disaat yang benar-benar tidak tepat. Kesejukan menikmati pemandangan berubah jadi kegelisahan. Beruntung sekali saya memakai celana jeans hitam dan coat hitam panjang. Setiba di Roosendaal, saya berlari menuju counter tiket dan membeli tiket pulang-pergi Roosendaal-Belgia seharga €12. Lantas secepat kilat mencari toilet sebelum kereta berangkat. Seperti yang diduga, hari pertama dan tanpa membawa pembalut...argh! Pun tidak ada toko yang menjual di stasiun, mungkin karena hanya stasiun kecil. Tanpa pikir panjang, saya tarik tisu toilet yang cukup panjang untuk menahan selama sekitar satu jam perjalanan ke Belgia. Sedikit lega meski tetap tak nyaman.
Ini merupakan perjalanan saya ke Belgia dengan naik kereta berpenampilan tidak lebih bagus dari kereta milik Belanda. Gerbongnya sempit dan penuh orang. Saya berusaha mencari tempat duduk dan menemukan satu disebelah perempuan Asia dengan koper disebelahnya. Saat hendak mengabari kawan, sebuah SMS masuk. Sinyal hilang. Glek. Sadar bahwa kereta telah memasuki wilayah Belgia. Bingung tak bisa berkirim pesan karena fasilitas WiFi pun tak ada. Hanya bisa berdoa dan berharap menemukan WiFi di stasiun. Sesampai di stasiun, segera saya nyalakan WiFi. Muka berubah pucat pasi gegara tak ada sinyal WiFi yang nyantol. Arstitektur stasiun Antwerpen yang dikenal sangat menawan terlupa sudah. Terlebih, saya sempat kebingungan mencari pintu keluar karena luasnya stasiun. Apalagi bahasa yang terpampang di papan-papan petunjuk pun sudah berbeda. Melihat sekeliling dengan bingung, saya dapati segerombolan orang bergerak menaiki eskalator. Dengan lemas, saya ikuti mereka menaiki eskalator panjang dan begitu menanjak. Syukurlah, lobi luas nan indah berujung pintu utama nampak juga. Disitu pula saya menemukan sinyal WiFi. Panik hilang, bahagia pun datang.

Sehari di Belgia kami nikmati dengan menyusuri kota Antwerpen, kota terbesar kedua di Belgia setelah Brussels. Berjalan menuju Cathedral of Our Lady yang terkenal dan masuk dalam daftar situs warisan dunia. Bergerak lagi menuju Grote Markt yang dikelilingi oleh bangunan berarsitektur indah. Juga mengunjungi Steen Castle yang terletak di timur sungai Scheldt, sebuah istana dari batu pada era dimana rumah terbuat dari kayu. Tak kalah menarik, kami memasuki museum mode bernama MoMu Fashion yang berisi aneka ragam sepatu unik dan aneh. Sekembalinya ke stasiun, tak lupa jajan es krim seharga €2,50 per scoop. Kenapa bukan coklat ya? Hahaha.


Begitulah perjalanan saya ke Belgia yang mengesalkan sekaligus menggembirakan. Percayalah, serunya perjalanan bukanlah ketika tiba di tempat tujuan, tetapi proses mencapai tempat itu.

No comments :

Post a Comment